Saturday, November 21, 2015

Seabed survey

Masih inget pelajaran SMP dulu mengenai SDA (Sumber Daya Alam) yang dapat diperbarui dan tidak dapat diperbarui. Terus membahas minyak bumi yang diambil dari dalam Bumi yang kemudian diproses sehingga jadi macam-macam bahan bakar dari aftur sampai aspal. Trus ada istilah eksplorasi dan exploitasi. Ternyata prosesnya puanjang sampai bertahun-tahun, bertahap penuh dengan rencana, biaya yang sangat buesarr dan resiko kerja yang tinggi. Dulu saya kira cuma beberapa bulan aja sampai akhirnya jadi bensin hehehe..

Untuk proses eksploitasi minyak bumi di laut, harus dilakukan seabed survey dahulu. Sudah ada kontraktor kapal survey yang melayani ini. Semua peralatan sudah ada dan siap untuk dicharter. Ni kapal bentuknya sudah disesuaikan dengan kebutuhan untuk survey dan biasanya buritannya lebih lebar, namun haluan tetap runcing untuk efisiensi saat berlayar. Seperti yang di foto ini panjangnya 90 meter dan lebarnya 40 meter, tidak lazim jika dibandingkan dengan bentuk kapal niaga pada umumnya. Jumlah kru kapal ada 70 POB total dengan system kerja 12 jam shift back to back, setiap 5 minggu crew change.

Di belakang kapal survey ini sudah tersedia perlengkapan untuk launch, recovery dan menarik streamers. Apa itu streamers? adalah semacam kabel yang di pay out dengan panjang tertentu sebagai tempat jalannya data yang didapat dari dasar laut untuk dikumpulkan dan untuk diproses lebih lanjut.

Untuk ukuran kapal survey yang paling besar dan canggih, ada 12 streamers yang ditarik (pernah denger kalau si kapal survey ini bisa narik 16 sampai 18 streamers sekaligus..WOW!) dengan panjang 6 Nautical Miles (= 12 KM di darat). Setiap streamers ada buoy berbentuk seperti rudal yang bisa diatur kemiringan siripnya sehingga akhirnya bisa diatur pula jarak antara streamers nya. Normalnya mereka berjarak 500 meteran (0.74 NM). Saat melakukan survey, ni kapal bakal mondar-mandir bolak-balik di suatu area dengan jarak dan lebar yang telah ditentukan dengan kecepatan konstan 4 knots dan harus ada 'chase boat' yang selalu mendampingi ni kapal. Jarak aman yang dianjurkan untuk kapal-kapal lain yang lewat di area tersebut yaitu 2 NM di depan kapal survey, 4 NM sisi kanan dan kiri, dan 8 NM di belakang kapal survey tersebut. Bukan karena membahayakan bagi kapal lain untuk bernavigasi, namun terlebih karena survey ini menggunakan suara 'akustik' untuk melakukan survey. Dikhawatirkan suara baling-baling dan mesin kapal lain yang lewat akan merusak data yang diterima di permukaan. Di sinilah tugas 'chase boat' tersebut untuk memperingatkan mereka lewat VHF ch.16.

Sebenarnya informasi akan adanya aktivitas survey ini telah dibroadcast secara internasional ke semua armada kapal di dunia dengan berbagai macam cara untuk memberikan informasi safe distance saat bernavigasi. Secara mingguan, biasanya melalui koreksi peta yang bersifat T&P (bukan permanen) yang didapat di Notice to Mariners (NTM). Informasi ini juga dapat diperoleh di Navtex setiap kapal yang mana hanya stasiun tertentu saja yang broadcast, biasanya yang berada di sekitar area survey ini. Ada pula yang melalui INM-C yang berupa layanan EGC message di setiap instalasi GMDSS kapal. 

Kembali ke sini... di ujung streamers itu dipasang semacam 'gun' yang akan berbunyi seperti ledakan dengan interval beberapa detik yang mana gelombang suara tersebut akan travel ke dalam laut sampai di seabed dan kemudian terpantul lagi ke permukaan dan diterima oleh receiver yang selanjutnya data dianalisa dengan computer software. Dengan data tersebut, maka diperolehlah informasi mengenai jenis dasar lautnya (lumpur, batuan, dll.), lapisan-lapisan tanahnya berapa meter tingginya, kandungan gas, dan juga kandungan minyak. Para analist, geologist dan data engineer yang nantinya akan menyimpulkan ada tidaknya minyak. System kerjanya mirip dengan echo sounder yang terpasang di kapal-kapal pada umumnya, namun yang ini receivernya sekaligus mengumpulkan raw data untuk kemudian dapat dianalisa.

Tidak semua survey berhasil dan cocok sesuai dengan yang telah dianalisa. Walaupun proses survey ini membutuhkan waktu berbulan-bulan (tergantung lebarnya area juga sih...) dengan biaya yang buat orang awam sangat tidak masuk akal, namun tingkat keberhasilan survey ini tidak dapat dijamin 100% karena proses ini lebih kepada interpretasi data mentah yang harus diterjemahkan sesuai kebutuhan.

Proses selanjutnya, yaitu pengeboran di dasar lautlah yang nantinya akan memastikan ada tidaknya minyak karena nantinya ada alat bor yang masuk ke dalam dasar laut secara nyata untuk mengecek keberadaan minyak bumi tersebut.

No comments: